Jumat, 19 Februari 2010

Hasil Tes CPNS Kabupaten Intan Jaya Segera Ditinjau Ulang

Sabtu, 20-02-2010 07:28:05 oleh: Oktovianus Pogau
Kanal: Peristiwa
Hasil Tes CPNS Kabupaten Intan Jaya Segera Ditinjau Ulang

NABIRE- Kita harus ingat, bahwa pemekaran Kabupaten Intan Jaya hadir karena tangisan, kerinduan, serta harapan masyarakat Intan Jaya (6 Distrik), jangan sampai pemekaran ini membawah bencana yang membuat mereka menangis terus. Contohnya hasil tes CPNS yang telah diumumkan kemarin, hasilnya sangat tidak memuaskan, karena banyak anak asli Intan Jaya yang tidak tembus. Ini ada apa, siapa yang bermain di balik semua ini?

Hal ini di tegaskan salah satu Tokoh Pemuda dan Intelektual suku Moni, Roni Sani, saat ditemui media ini Jumat, (19/02) kemarin di seputaran Gerbang Sadu Wadio. Menurutnya hasil tes CPNS kali ini sangat tidak memuaskan, karena banyak kejanggalan yang terdapat di dalamnya, ini memberi tanda kalau ada yang bermain, terutama Kepala BKD Kabupaten Intan Jaya.


Dulu saat beberapa kali ada pertemuan sebelum tes CPNS di berlangsungkan, Penjabat Bupati Kabupaten Intan Jaya pernah berjanji, bahwa anak-anak asal Intan Jaya yang memilki kemampuan dan telah bergelar sarjana akan diloloskan pada formasi ini, namun yang mengherankan hal ini tidak di tepati.

Selain itu Roni juga mempermasalahkan nomor tes seleksi yang ganda dan nama yang tidak diakomodir jelas. “kami sangat bingung, masa nomor tes milik orang lain, sedangkan nama juga milik orang lain. Ini terjadi kejanggalan, kami duga ada oknum yang bermain di dalam. Kami minta dengan hormat hal ini segera di tanggapi serius oleh penjabat Bupati” tegasnya.

Roni menambahkan bahwa amanat Otsus harus betul-betul di maknai, bukan hanya sebuah aturan yang bersifat pajangan saja. Orang asli Papua (anak-anak Intan Jaya) harus diberdayakan, dalam arti beri kesempatan kepada mereka untuk kembali membangun dan memberdayakan daerah mereka.

”kami lihat dalam hasil tes CPNS kali ini sangat banyak orang pendatang yang tembus, terutama suku tertentu. Apakah karena bupati berasal dari suku tertentu tersebut? Kami minta hal ini segera di proses, jangan ”lacuri” amanat Otsus, kita harus ingat bahwa pemerintah Pusat betul-betul hargai UU Otsus. Kami anak-anak asli Intan Jaya bukan tidak mampu, namun kami hanya jadi korban dari sistem pemerintah di Nabire, Paniai dan Timika. Hal ini tolong di pahami,” tandasnya.

Kami betul-betul mengetahui sepak terjang dari pada Kepala BKD Kabupaten Intan Jaya, beliau adalah salah seorang pejabat daerah yang sering kali melakukan kasus jual beli kursi PNS, ini bukan baru di Kabupaten Intan Jaya, tetapi beberapa tempat yang beliau pernah singgah juga demikian. Ini yang menjadi pertanyaan, kenapa bapak bupati bisa terima orang itu di Kabupaten Intan Jaya,” tegas Roni.

Sementara itu Tokoh Masyarakat Kabupaten Intan Jaya, Samuel Sani secara terpisah melalui sambungan telepon selulernya dari Sugapa berkomentar lain kepada media ini terkait pengumuman hasil tes CPNS, yang menurutnya bahwa anak-anak asli, pemilik hak ulayat Kabupaten Intan Jaya yang tidak diakomodir oleh pemda Intan Jaya dalam penerimaan CPNS kali ini harus mendapat perhatian.

”Kita harus ingat, bahwa Kabupaten Intan Jaya hadir untuk buat kita masyarakat yang tidak berdaya tertawa. Jangan sampai, pemekaran ini menjadi bencana atau bom waktu yang dapat menimbulkan konflik di Kabupaten Intan Jaya. Kenapa banyak anak-anak saya, terutama marga Sani yang tidak di terima, mereka pemilik hak ulayat Kabupaten Intan Jaya, kita harus ingat itu” tegasnya.

Beliau menambahkan, jika Penjabat Bupati Kabupaten Intan Jaya tidak akomodir hal ini, sudah tentu akan menggangu aktivitas pemeritahan yang sebentar lagi akan berlangsung di Kabupaten Intan Jaya. ”Jika pemda Intan Jaya tidak ingin ada konflik atau hambatan dalam membangun di Kabupaten Intan Jaya, terutama akvitas pemerintahannya, saya sangat harap Bupati tolong akomodir marga Sani, karena saya dapat infomrasi bahwa sangat banyak anak-anak marga Sani yang tes, namun hanya 2 orang saja yang di terima” tegasnya.

Jika Penjabat Bupati tidak tanggapi serius soal ini, saya hanya takut dapat berdampak yang lebih buruk lagi bagi keberlangsungan Kabupaten Intan Jaya. ”Sudah cukup anak-anak asli Kabupaten Intan Jaya, terutama marga Sani menjadi penonton, untuk saat ini kami minta dengan hormat tolong akomodir harapan mereka,” tegasnya mengakhiri obrolan. (oktovianus pogau)

Selasa, 05 Januari 2010

Banyak Pihak Bermain di Freeport

Uyung Sy - PME Indonesia
JAKARTA-Wakil Ketua Komnas HAM, M. Ridha Saleh menilai bahwa PT Freeport Indonesia (PTFI) merupakan simbol kolonialisme. Karena selama keberadaan PTFI banyak terjadi peristiwa dan kasus yang tidak terungkap karena banyaknya orang yang bermain di tambang tersebut.


“Banyak pihak yang memperoleh keuntungan dari situ, sehingga banyak pula yang menjadi bakingnya termasuk Pemerintah sendiri yang cenderung memberikan perlakuan istimewa,” katanya saat menjadi pembicara diskusi tentang PTFI di Walhi, Jakarta, Selasa (1/12).

Ridha menilai banyak kejanggalan dari perlakuan Pemerintah terhadap PTFI, ternasuk masalah penangan keamanan yang diberikan pada perusahaan tersebut.

Keberadaan PTFI dan semua fasilitas yang dimiliki oleh PTFI salah satu contohnya kawasan Kuala Kencana, sangatlah kontras dengan kehidupan masyarakat local yang cenderung hidup dibawah garis kemiskinan.

“Selama ini PTFI selalu berlindung dibalik dana 1% yang mereka keluarkan, padahal yang menikmati dana tersebut hanya segelintir orang, lihatlah masyarakat sekitar masih banyak yang memakai koteka!, apakah mereka juga mendapatkan dana tesebut?” tegasnya.

Pemberian dana 1% yang diberikan oleh PT Freeport Indonesia (PTFI) selama ini, menurut Ridha Saleh menjadi salah satu masalah tersendiri.

"Dalam waktu dekat, kami akan melakukan pemanggilan terkait penyaluran dana 1% yang dilakukan oleh PTFI, kami meminta keterangan kemana saja aliran dana tersebut, selama ini dana tersebut kami duga menjadi masalah tersendiri karena banyak pihak yang bermain disitu," katanya.

Hal senada juga dilontarkan salah satu masyarakat Amungme, Fredy Magay yang menjadi peserta dalam acara diskusi tersebut, Fredy menyebutkan bahwa selama ini ada dugaan penggelapan dana yang dilakukan oleh oknum sehingga tidak jelas penyalurannya.

“PTFI sering berlindung dibalik nama Lembaga Masyarakat Adat yang mereka bikin, lembaga tersebut hanya boneka perusahaan, kami akan berikan bukti-bukti yang kami punya, pada Komnas Ham untuk ditindak lanjutinya dan rencana kedepan kita akan mengadukan penggelapan dana tersebut pada mabes Polri karena sudah merupakan tindak kriminal,” ujarnya. (PME-01/SGT)

Senin, 07 Desember 2009

15 Tahun Yayasan PESAT Nabire: “Mereka Anak-anak yang Terpilih”

Kamis, Desember 03, 2009

Dengan pendidikan berpola asrama, PESAT Nabire telah hadir di Papua selama 15 Tahun. Ada yang luar biasa dengan pelayanan mereka, di mana mendidik anak-anak asli Papua sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. Bagi mereka, mendidik karakter seorang anak lebih penting daripada hanya kepintaran dan kecerdasan saja.

Pendidikan berpola asrama merupakan salah satu cara jitu yang dapat digunakan untuk membangun Pendidikan di tanah Papua, lebih khusus meningkatkan sumber daya manusianya. Namum, tidak banyak juga yang menyadari hal ini sehingga terkesan mengabaikan pendidikan pola asrama untuk anak-anak Papua yang membutuhkan pendidikan.

UU No. 21 Tahun 2001 Tentang Otonomi Khusus sudah hampir 8 tahun hadir di Papua, namun tidak ada prestasi gemilang yang bisa Otsus torehkan untuk perubahan anak-anak Papua, khususnya di bidang pendidikan. Lihat saja, hasil Study Univerisitas Indonesia yang dipaparkan beberapa waktu lalu di Jakarta menempatkan provinsi Papua sebagai daerah buta huruf paling tinggi di Indonesia. Seharusnya tidak demikian, kenapa proposional dana Otsus untuk pendidikan yang milyaran rupiah belum bisa menjawab hal ini.

Hingga saat ini di Papua, hanya ada satu Yayasan yang mengembangkan pola pendidikan berasrama, yaitu Yayasan PESAT, mereka berdomisil di Kabupaten Nabire. Dan telah hadir di Papua hampir 12 Tahun lamanya. Sistem pendidikan berpola asrama yang mereka kembangkan, adalah dengan cara ber-asrama-kan anak-anak asli Papua dari TK-SMA, dan memiliki sekolah khusus yang tidak bisa dicampur baurkan dengan mereka yang ada di luar asrama.

Komentar Pelayanan Mereka
Gubernur Provinsi Papua, Barnabas Suebu, SH telah banyak bercerita tentang kinerja luar biasa yang Yayasan ini tunjukan selama hadir di Papua, lebih khusus telah dipaparkan panjang lebar dalam bukunya “Kami yang Menanam, Kami yang Menyiram dan Tuhanlah yang Menumbuhkan”.

“Saya sangat bersyukur kepada Tuhan, karena Yayasan PESAT hadir di Papua dan telah mendidik dan mengajari sekian banyak anak-anak Papua, khususnya mereka yang datang dari pedalaman untuk menjadi manusia. Mewakili pemerintah daerah, saya mengucapkan banyak terima kasih untuk Yayasan Pesat,’ ucap Pak Bas saat melaksanakan kunjungan di Yayasan ini beberapa waktu lalu.

Yayasan PESAT berdiri bermula dari kerinduan besar seorang hamba Tuhan, Pdt Daniel Alexander namanya. Beliau sangat berkeinginan melihat anak-anak Papua yang pintar, cerdas, terampil, kreatif serta berkarakter kristus. Baginya mereka sudah pasti bisa membangun Papua setelah keluar dari arena pendidikan dasar (TK-SMA) ini. Dasar yang kuat, sudah tentu mengarahkan anak ini untuk memilih dan menentukan araha hidup yang lebih baik lagi.

“Saya yakin, mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin Papua yang hebat dan luar biasa. Mereka imamat yang rajani, anak-anak yang terpilih untuk membangun dan mengubah Papua. Nanti kita bisa lihat kinerja mereka dalam beberapa waktu mendatang setelah mereka menyelesaikan studi,” kata Daniel beberapa waktu lalu di Nabire.

Menurutnya, pendidikan pola asrama paling jitu di Papua, agar setiap anak-anak tersebut bisa didik sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang berlaku, serta mengembangkan ilmu pengetahuan untuk menjadi modal dasar. Guru-guru yang mereka datangkan untuk melayani anak-anak ini sangat luar biasa. Bahkan ada yang bergelar doctor tapi di mana harus tinggal serumah dengan anak-anak. Luar biasa bukan? Baginya, tidak cukup seorang anak hanya pintar dan cerdas, tapi yang terpenting adalah memiliki aklhak dan karakter yang baik, ini baru orang yang hebat. Dan, setiap guru-guru yang ada mengajarkan tentang hal itu dimana membentuk karakter dan akhlak dari pada setiap anak-anak didik.

“Lihat saja di negara Indonesia, terlebih khusus di Papua, banyak orang pintar dan cerdas, semua mereka selalu korupsi terus, sehingga rakyat hanya menjadi korban. Tetapi beda, kalau pintar dan cerdas dibarengi dengan aklhak dan karakter yang baik seperti kristus, mereka akan menjadi lilin di tengah kegelapan, dan memang itu kerinduan terbesar saya membangun pendidikan berpola asrama di Papua,” papar Daneil menjelaskan.

Selain itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Nabire, A. H. Sihombing pernah berkomentar tentang keberadaan Yayasan ini, ketika memberikan kata sambutan dalam acara yang diselenggakan oleh SMA Kristen Anak Panah, salah satu sekolah yang didirikan Yayasan ini.

“PESAT Nabire telah membantu meringankan beban pemerintah daerah, di mana bisa mendidik dan membina anak-anak Papua untuk menjadi manusia. Saya sangat berterima kasih untuk kerja ini,” tandas Sihombing.

Lebih lanjut menurutnya, PESAT telah menyatakan bahwa membangun pendidikan di kabupaten Nabire, uang bukan segalanya, tetapi kesungguhan dan motivasi untuk mendidik-lah yang harus dikedepankan. Ini harus menjadi contoh bagi yayasan-yayasan, serta sekolah-sekolah yang lain di kabupaten Nabire.

Kendala Mendidik Anak-anak Papua
Menurut kepala salah satu asrama di Nabire, Gestinov Hutubesy S.T. bahwa mendidik anak-anak Papua sangat susah, diperlukan pendekatan kasih saying agar mereka bisa berubah. “Mendidikan anak-anak Papua yang datang dari berbagai tempat, serta berbagai latar belakang memang sangat susah, tetapi kami menggunakan pendekatan kasih sayang, sehingga bersyukur anak-anak kami bisa menerima ini, dan banyak dari antara mereka yang memilki karakterk sangat baik, sopan, ramah, serta bergaul dengan siapa saja,” pungkasnya.

Lebih lanjut, pak Gestinov mengatakan bahwa mereka mendidik anak-anak Papua dengan kasih, sehingga ke depannya anak-anak ini bisa membawa terang kepada siapa saja, terutama keluarga mereka sendiri. Dan, kami sangat berkeyakinan, bahwa orang tua mereka juga akan disenang, melihat perubahan sikap hidup anak-anak mereka.

Banyak prestasi yang anak-anak kami torehkan, seperti ada beberapa anak yang selalu mewakili sekolahnya untuk ikut Olimpiade di Jayapura, bahkan ada beberapa yang sempat ke Jakarta, dan tinggal lama di sana. Ini merupakan kebanggaan tersendiri buat kami yang di Asrama maupun Yayasan, di mana keluh kesah kami mendidik tidak sia-sia.

“Selain itu juga, anak-anak kami telah belajar menulis melalui bulletin AGAPE yang mereka terbitkan setiap bulannya secara berkala. Di sini terlihat anak-anak kami memiliki potensi-potensi yang sangat luar biasa. Dan, mereka tetap belajar dan belajar untuk mengembangkan bulletin asrama yang mereka miliki, tetapi pesan saya untuk mereka, jangan sekali-kali mengabaikan tugas utama, yaitu sekolah,” pungkasnya.

Sekolah dan Asrama
Selama 12 Tahun hadir di Papua, terlebih khusus di Nabire, pesat telah membangun sangat banyak asrama, dan mereka sempat berpindah-pindah tempat. Terdapat 4 asrama. Asrama Anugerah (untuk anak-anak laki-laki SMP hingga SMA), Asrama Agape (untuk anak-anak perempuan SD), asrama gilgal (untuk anak-anak laki-laki dan perempuan TK hingga SD), dan terakhir asrama Yudea (untuk anak-anak perempuan SMP hingga SMA).

Sedangkan sekolah, ada beberapa taman kanak-kanak. Seperti TK Agapae, TK Shekina, TK Samabusa, TK Wanggar, dan ada beberapa TK lainnya di pinggiran kota Nabire. Pada umumnya, taman kanak-kanak ini dikelola oleh Yayasan Pesat dengan latar belakang para guru yang umumnya didatangkan dari daerah Jawa.

Selain itu, ada SD Kristen Agape yang berdiri sejak pesat masuk di Kabupaten Nabire, kemudian berikutnya didirikan SMP Kristen Anak Panah, setelah itu secara bertahap didirikan lagi SMA Kristen Anak Panah. Sampai saat ini, SMA Anak panah telah menamatkan dua angkatana, dan semua lulusan memang betul-betul tinggal didik di asrama sejak taman kanak-kanak hingga mereka lulus.

Jumlah anak-anak asrama secara keseluruhan, hampir mencapai 300 anak. Sebagian besar atau hampir seluruhnya anak asli Papua. dan berasal dari berbagai daerah di Papua, seperti dari Kabupaten Intan Jaya (suku Moni), Kabupaten Paniai (suku Mee), Serui, Biak, bahkan ada yang dari daerah pegunungan Papua (suku Dani).

Mereka semua hidup sangat bersahabat dan terlihat hubungan kekerabatan yang sangat besar. Mereka sepertinya telah menjadi satu keluarga dalam sebuah yayasan. Dan, bagi mereka moment penting saat tinggal di asrama, akan selalu dikenang saat ke mana saja mereka berpergian.

Setiap lulusan yang menamatkan SMA akan dikirim ke luar Papua untuk kuliah sesuai dengan kemampuan anak-anak itu. “Kami berharap setiap anak bisa berprestasi supaya kita bisa sekolahkan sampai di perguruan tinggi,” jelas Eliezer Edo Odo, Ketua Yayasan Pesat Nabire dalam sebuah kesempatan ketika duduk memberikan kejelasan kepada anak-anak Asrama.

Pelayanan PESAT, selain di Kabupaten Nabire, ada 9 tempat lagi yang mereka layani, yaitu di Kabupaten Mamberamo Raya, Kabupaten Intan Jaya, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Timika bekerja sama dengan LPMAK, serta beberapa daerah kecil lainnya di Papua. PESAT lebih khususkan diri bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan untuk Papua. (Pogau).
-----------------
sumber: http://pogauokto.blogspot.com/2009/12/pesat-nabire-membangun-pendidikan.html